Peran albumin dalam klinis semakin penting disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain, keadaan hipoalbuminemia yang sering dijumpai pada pasien, masa recovery setelah operasi ataupun dalam proses penyembuhan (Gibbon, 1985), selain itu albumin dapat digunakan sebagai prediktor terbaik harapan hidup penderita.
Serum albumin merupakan salah satu parameter penting dalm pengukuran status gizi pada pasien dengan penyakit akut maupun kronik. Protein ini diketahui mempunyai efek stabilitas endotelium dan membantu memelihara permeabilitas kapiler pada makromolekul. Albumin juga berperan mengikat obat-obatan yang tidak mudah larut, seperti aspirin, antikoagulan koumarin, dan obat tidur. Selain mengobati luka bakar dan luka pasca-operasi, albumin bisa digunakan untuk menghindari timbulnya sembap paru-paru dan ginjal, serta carrier faktor pembekuan darah.
Albumin merupakan protein terbanyak dalam plasma, sekitar 60% dari total plasma tubuh, dengan nilai normal 3,5 s/d 5,5 g/dl. Pemakaian albumin untuk mengatasi hipoalbuminemia pada pasien rawat inap membutuhkan biaya yang cukup besar. Terapi albumin parenteral untuk meningkatkan kadar albumin plasma tidak berarti akan memperbaiki prognosis, tapi ditujukan pada penyebab penyakit, hal ini berhubungan dengan penyebab hipoalbuminemia, perubahan metabolisme dan fase akut suatu penyakit.
Albumin 20% yang diberikan perparenteral sebanyak 200 - 400ml selama 1 - 2 hari pada kasus di atas tidak ditujukan untuk terapi hipoalbuminemia tetapi untuk mengatasi hipovolemia plasma (Allison, 2001). Albumin ikan bila dibandingkan dengan albumin parenteral dari segi harga sangat murah, dengan pemberian selama 10 hari dibutuhkan Rp.210-240 ribu saja, bandingkan dengan albumin infuse dengan pemberian 3 botol @sekitar Rp. 1,4 juta maka totalnya berkisar Rp.4,2 juta hingga Rp. 4,8 juta.
Selain pada ikan, albumin banyak dijumpai pada telur dan susu dan berfungsi sebagai pengangkut asam lemak dalam darah. Keunggulan utama protein ikan dibandingkan protein dari produk lain adalah kelengkapan komposisi asam amino dan kemudahannya untuk dicerna oleh organ tubuh.
Kandungan protein ikan gabus terdiri dari asam amino : Aspartat, Glutamat, Serine, Threonin, Alanin, Valin, Leucin, Isoleucin, Arginin, Histidin, Phenil Alanin, Tryptopan, Lysin, Prolin, Methionin, Tyrosin dan Ovalbumin.
Banyak penelitian menunjukkan hubungan yang signifikan antara kadar albumin yang rendah (hipoalbuminemia) dengan peningkatan resiko komplikasi infeksi, lama rawat inap di rumah sakit, tingkat kematian pada pasien-pasien medis maupun pasien operasi.
Vincent dkk, membuat sebuah penelitian Meta Analisis pada 90 penelitian kohor dengan total pasien sebanyak 291.433 dalam mengevaluasi hypoalbuminemia sebagai salah satu prediktor akibat. Melalui analisis multivariat disimpulkan bahwa hipoalbuminemia merupakan prediktor yang kuat terhadap akibat yang buruk. Setiap penurunan10 g/l konsentrasi serum albumin secara signifikan meningkatkan kematian dengan odds ratio 137/100, kesakitan dengan odds ratio 89/100, dan lama rawat di ICCU dan RS dengan odds ratio masing-masing 28/100 dan 71/100.
Kung dkk menguji konsentrasi serum albumin pada pasien-pasien operasi akut yang sebelumnya tidak berada pada keadaan defisit energi (2). Melalui analisis statistik univariat menunjukkan bahwa konsentrasi serum albumin dan nilai APACHE II berhubungan erat dengan daya tahan pasien.
Engleman dkk melakukan penilitian terhadap 5.168 pasien menunjukkan bahwa kadar serum albumin rendah (2,5 g/dl) merupakan variable bebas terhadap terjadinya kematian setelah operasi pencangkokan jantung (3). Eddy (2003) dari Malang, memberikan ekstrak ikan gabus pada pasien dengan luka operasi atau luka bakar dengan kadar albumin 1,8 g/dl selama 8 hari, pasien hanya membutuhkan 24 kilogram ikan kutuk/gabus dan luka sembuh 3 hari lebih cepat dibandingkan dengan serum albumin.
Vincent, dkk., (2003), menguji 9 penelitian prospektif kontrol dengan total pasien 535, menyimpulkan bahwa rata-rata komplikasi dapat diturunkan dengan memberikan terapi albumin 30g/dl, dan Nicholas dkk., (2003) melaporkan bahwa pemberian albumin pada penderita HIV dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap stres dari infeksi HIV.
Taslim dkk., (2005) memberikan ekstrak ikan kutuk/gabus pada penderita yang mempunyai kadar albumin 2,2g/dl dan luka dekubitus maupun penyakit paru-paru dengan pemberian 2 kali 50ml/hari selama 10 hari, menunjukkan peningkatan kadar albumin sebesar 0,7 g/dl dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Hidayanti (2006), memberikan kapsul albumin pada penderita pasca bedah kurang gizi selama 10 hari dengan pemberian 3 x 2 kapsul (480 mg/hari), hasilnya menunjukkan peningkatan kadar albumin sebesar 0,7 g/dl dibandingkan kontrol dan lama rawat inap berkurang 3 hari dibandingkan dengan kontrol. Salma (2006), memberikan kapsul albumin pada penderita HIV atau AIDS selama 14 hari dengan pemberian 3 x 2 kapsul 1 gr %/dl serta kenaikkan berat badan sebesar 2 kg dibandingkan dengan kontrol yang mengalami penurunan kadar albumin 0,1 g/dl dan hemoglobin 0,5 gr % .*
Pujimin Kapsul Albumin
Pujimin Kapsul Albumin merupakan kapsul hasil ekstrak ikan kutuk/gabus sebagai sumber protein albumin bagi masyarakat. Dimana kapsul albumin ini adalah salah satu alternatif sumber protein albumin dalam mengatasi masalah kurang gizi serta mengatasi beberapa penyakit dengan harga relatif terjangkau. Kapsul albumin ini terdaftar dengan Nomor Paten : P00200600144 dengan judul produk “Konsentrat Protein Ikan Gabus” yang diumumkan pada tanggal 8 Maret 2007 oleh Departemen Kehakiman RI dengan nomor publikasi : 047.137.A.
Manfaat Pujimin Kapsul Albumin (Ikan Gabus /Kutuk)
Kapsul Pujimin mengandung albumin, asam amino serta mineral yang berfungsi untuk mempertahankan tekanan osmotik koloid kapiler dan meningkatkan kekebalan tubuh secara alamiah. Penurunan kadar albumin (hepoalbumin) sering disertai dengan pembengkakan (edema), ditemukan pada pasien kritis, luka bakar, post-operatif, preclampsia yang ditemukan pada ibu hamil maupun penyakit kronis (hati, ginjal, paru-paru dan kencing manis atau luka dekubitus, maupun ODHA), kesemuanya itu terkait dengan penurunan daya tahan tubuh, infeksi, dan proses penyembuhan yang lama.
Pasien dengan hepoalbuminemia mempunyai resiko 2,5 kali lebih tinggi terjadinya infeksi dan 8 kali lebih lama rawat inap dirumah sakit. Berdasarkan hasil uji klinik, kapsul Pujimin dapat digunakan sebagai protein alternatif sumber albumin, untuk mengatasi hal diatas.
PETUNJUK PEMAKAIAN :
Pada keadaan hepoalbumin dianjurkan : 3 x 2 kapsul/hari dan dilanjutkan 3 x 1
kapsul/hari.
Untuk mempertahankan kesehatan dapat dikonsumsi : 1 x 1 kapsul / hari.
Pada anak dengan gizi kurang diberikan 2 x 1 kapsul tiap hari.
Kandungan protein pada ikan tiap 100 gramnya :
Ikan Protein
Bandeng 20
Ikan Mas 16
Ikan Kembung 22
Sarden 21,1
Pindang 28,5
Gabus Kering 58
Ikan Asin 42
Teri Kering 33,4
Komposisi Produk Pujimin Kandungan
Protein 79,72%
Kadar Albumin 15,79%
Lemak 4,49%
Mineral -
Kalsium (Ca) 0,7300 mg
Magnesium (Mg) 0,3200 mg
Zat Besi (Fe) 0,0115 mg
Tembaga (Cu) 0,0025 mg
Seng (Zn) 0,0175 mg
Mangan (Mn) 0,0025 mg
Nikel (Ni) 0,0023 mg
Cobal (Co) 0,0015 mg
Selenium (Se) 0,0031 mg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
trims telah berbagi apapun, mungkin saya yang salah dan anda yang lebih mengerti, jangan sungkan untuk mengkritik saya...oke !