Projek Tol Harus Perhatikan Kondisi Sekitar
Posted by mitradialog on Mar 11th, 2009 and filed under Cirebon Raya. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response or trackback to this entry
WALED, Megaprojek jalan tol Kanci-Pejagan tidak boleh menjadi pembenaran atas aktivitas kendaraan tronton yang membawa muatan melebihi kapasitas dan daya dukung jalan. Sebab, jika terus dibiarkan akan mengganggu perekonomian di kawasan sekitar.
Kepala Badan Koordinasi Pemerintahan dan Pembangunan (BKPP) Wilayah Cirebon Drs. H. Ano Sutrisno, M.M., menyatakan, saat dirinya melakukan kunjungan kerja ke jalan provinsi yang longsor di Desa Waled Asem, Kec. Waled, Kab. Cirebon, akhir pekan lalu, diketahui bahwa kerusakan jalan yang menjadi tanggung jawab provinsi, sangat parah. Hal itu terutama akibat aktivitas tronton yang melampaui batas.
“Seharusnya pembangunan jalan tol Kanci-Pejagan memerhatikan kondisi dan daya dukung jalan yang dilewatinya,” tutur Ano.
Ano menambahkan, jalan provinsi meliputi jalan yang menghubungkan satu daerah dengan daerah dalam ruang lingkup provinsi. Pemprov Jabar telah menganggarkan dana untuk pemeliharaan jalan sesuai kebutuhan. “Setelah dilihat seberapa parah kerusakannya, ternyata butuh dana ekstra untuk memerbaiki jalan yang rusak itu. Semestinya, pengusaha tidak memikirkan bisnis semata, tapi juga kekuatan jalan,” ujar Ano.
Semakin lebar
Jalan provinsi dari Losari, Pabedilan, Ciledug, dan Waled menuju Kab. Kuningan, tidak dirancang untuk dilewati truk tronton dengan bobot melebihi kapasitas kendaraan tersebut. Namun faktanya, mobil besar itu setiap hari mengangkut material untuk kebutuhan projek tol.
Untuk itu, Ano mengungkapkan, dalam waktu dekat, pihaknya akan berkoordinasi dengan pihak terkait agar persoalan itu segera diselesaikan. Perlu dibuka komunikasi dengan pihak terkait untuk mencari solusi terbaik, sehingga tidak ada pihak yang dirugikan.
“Kita mengetahui pembangunan tol Kanci-Pejagan merupakan projek nasional yang harus berjalan lancar. Namun harus juga tercipta situasi kondusif, dan dapat menyelesaikan dampak negatif akibat kegiatan projek,” paparnya.
Dihubungi secara terpisah, Ketua LSM Petakala Grage, Deddy Majmoe, memprediksi, longsoran jalan di Waled Asem akan semakin lebar. Sebab, jalan yang dibuat pada zaman penjajahan Belanda itu sudah tidak mampu menahan ratusan truk tronton yang melewati rute tersebut.
“Parahnya lagi, jalan di Bukit Maneungteung Azimut Waled itu sangat labil, dan lingkungan sekitar tidak mendukung. Jalan itu berada di atas tanah cadas, dan di bawahnya merupakan Sungai Cisanggarung, yang jaraknya dengan jalan hanya beberapa meter. Kalau kendaraan tidak diatur maka jalan yang ambrol akan melebar,” paparnya.
Deddy mengingatkan, rusaknya jalan provinsi tidak cukup diselesaikan dengan perbaikan. Perlu penegakan aturan mengenai tonase kendaraan. “Rupanya tonase kendaraan ini tidak diawasi secara ketat. Seharusnya, setiap kendaraan disesuaikan dengan kondisi jalan,” ungkapnya.(C-16)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
trims telah berbagi apapun, mungkin saya yang salah dan anda yang lebih mengerti, jangan sungkan untuk mengkritik saya...oke !