21 Juni 2010

Gua Indrakila Karangkancana Kuningan part2

B. Kawasan Karst Indrakila
Karst adalah sebuah bentukan di permukaan bumi yang pada umumnya dicirikan dengan adanya depresi tertutup (closed depression), drainase permukaan, dan gua. Daerah ini dibentuk terutama oleh pelarutan batuan, kebanyakan batu gamping.

Istilah karst yang dikenal di Indonesia sebenarnya diadopsi dari bahasa Yugoslavia/Slovenia. Istilah aslinya adalah krst / krast' yang merupakan nama suatu kawasan di perbatasan antara Yugoslavia dengan Italia Utara, dekat kota Trieste .

Daerah karst terbentuk oleh pelarutan batuan terjadi di litologi batuan karbonat lain misalnya dolomit, dalam evaporit seperti halnya gips dan halite, dalam silika seperti halnya batupasir dan kuarsa, dan di basalt dan granit dimana ada bagian yang kondisinya cenderung terbentuk gua (favourable). Daerah ini disebut karst asli. lain, terutama
Daerah karst dapat juga terbentuk oleh proses cuaca, kegiatan hidrolik, pergerakan tektonik, air dari pencairan salju dan pengosongan batu cair (lava). Karena proses dominan dari kasus tersebut adalah bukan pelarutan, kita dapat memilih untuk penyebutan bentuk lahan yang cocok adalah pseudokarst (karst palsu).

Ciri-ciri daerah karst antara lain : 
-Daerahnya berupa cekungan-cekungan
-Terdapat bukit-bukit kecil
-Sungai-sungai yang nampak dipermukaan hilang 
 dan terputus ke dalam tanah.
-Adanya sungai-sungai di bawah permukaan tanah
-Adanya endapan sedimen lempung berwama merah 
 hasil dari pelapukan batu gamping.
-Permukaan yang terbuka nampak kasar, 
 berlubang-lubang dan runcing.
 
Gua merupakan salah satu ciri khas kawasan karst. Kawasan karst atau gunung gamping merupakan kawasan yang unik serta kaya akan sumber daya hayati dan non hayati.
Indonesia mempunyai kawasan karst seluas 20% dari total wilayahnya. Salah satu kawasan karst di Indonesia yang dikenal sebagai Gunung Sewu pernah didengungkan akan dicalonkan sebagai salah satu Warisan Dunia (World Heritage) karena keunikannya.

Batuan sedimen batu gamping disusun dari sisa-sisa tumbuhan dan binatang yang menghasilkan kalsium karbonat sebagai bagian dari metabolismenya membentuk bagian utama dari batugamping. Komponen lainnya adalah dari pengendapan secara kimiawi atau oleh proses biokimia. Secara bersama-sama tersedimentasi pada dasar laut; dan hal ini tidak memilki karakter yang seragam diseluruh bagiannya, jadi batugamping bukan merupakan komposisi yang seragam. Jenis dari batugamping ini sangat tidak terbatas. Sederetan sejarah dari jenis sedimentasi adalah litifikasi, formasi batuan dari bentuk yang khusus. Hal ini melibatkan perubahan kimia yang komplek seperti halnya adalah sementasi dan rekristalisasi, silikafikasi dan dolomitasi: secara bersama-sama biasa disebut dengan istilah diagenesis. Gua-gua hanya dapat dibentuk dari batuan yang ter-litifikasi, dan jelas bahwa karakter sedimen semula dan sejarah diagenetik adalah faktor-faktor yang mengontrol lokasi sebuah gua.

Proses kelahiran sebuah gua biasa disebut dengan speleogenesis, dan fitur dari geologi sangat besar pengaruhnya disini.
Ada beberapa sistem pengklasifikasian batugamping (limestone). Sebagian tergantung kepada komponen perbedaan lingkungan formasi, perbedaan material komponen, perbedaan ukuran butir, perbedaan matrix, dan perbedaan perubahan diagenesisnya. Berbagai sistem klasifikasi tersebut memungkinkan untuk adanya derajat gradasi antar klasifikasi dan ada beberapa kelengkapan tambahan.


C. Speleologi 
adalah ilmu yang mempelajari gua termasuk proses pembuatannya (speleogenesis), struktur, fisik, sejarah dan aspek biologis. Asal kata speleologi berasal dari bahasa Yunani spelaion yang berarti gua dan logos yang berarti ilmu. Speleologi sering dikaitkan dengan aktivitas penjelajahan gua yang dikenal dengan istilah caving.

D. Caving

Caving adalah olah raga rekreasi menjelajahi gua.
Tantangan dari olah raga ini tergantung dari gua yang dikunjungi, tapi seringkali termasuk negosiasi lubang, kelebaran, dan air. Pemanjatan atau perangkakan sering dilakukan dan tali juga diguanakan di banyak tempat.

Caving kadangkala dilakukan hanya untuk kenikmatan melakukan aktivitas tersebut atau untuk latihan fisik, tetap awal penjelajahan, atau ilmu fisik dan biologi juga memegang peranan penting. Sistem gua yang belum dijelajahi terdiri dari beberapa daerah di Bumi dan banyak usaha dilakukan untuk mencari dan menjelajahi mereka. Di wilayah yang telah dijelajahi (seperti banyak negara dunia pertama), kebanyakan gua telah dijelajahi, dan menemukan gua baru seringkali memerlukan penggalian gua atau penyelaman gua.

Gua telah dijelajahi karena kebutuhan manusia untuk beberapa ribu tahun, namun hanya dalam beberapa abad terakhir aktivitas ini menjadi sebuah olah raga. Dalam dekade terakhir caving telah berubah karena adanya peralatan dan baju perlindungan modern.
Banyak keahlian dalam caving dapat diguanakan di olah raga lain sepertai penjelajahan tambang dan penjelajah perkotaan.

E.Komplek Gua Indrakila 

                Gua Arjuna Minturaga Rarabi (Foto: Nita)


Proses Terbentuknya Gua Gua terbentuk pada dasarnya karena masuknya air ke dalam tanah. Berikut ini tahapan proses terbentuknya gua : 
a. Tahap awal, air tanah mengalir melalui bidang rekahan pada lapisan batu gamping menuju ke sungai permukaan. Mineral-mineral yang mudah larut dierosi dan lubang aliran air tanah tersebut semakin membesar. b. Sungai permukaan lama-lama menggerus dasar sungai dan mulai membentuk jalur gua horisontal. 
c. Setelah semakin dalam tergerus, aliran air tanah akan mencari jalur gua horisontal yang baru dan langit-langit atas gua tersebut akan runtuh dan bertemu sistem gua horisontal yang lama dan membentuk surupan (sumuran gua).

Ornamen dan Keindahan Gua
             Stalaktit ( stalactite )Foto Yuda Sanjaya
Bentuk ornamen-ornamen gua merupakan keindahan alam yang jarang kita jumpai di alam terbuka. Di tengah kegelapan abadi proses pengendapan berlangsung hingga membentuk ornamen-ornamen gua ( speleothem ). Proses ini disebabkan karena a ir tanah yang menetes dari atap gua mengandung lebih banyak CO2 daripada udara sekitarnya. Dalam rangka mencapai keseimbangan, CO2 menguap dari tetesan air tersebut. Hal ini menyebabkan berkurangnya jumlah asam karbonat, yang artinya kemampuan melarutkan kalsit menjadi berkurang. Akibatnya air tersebut menjadi jenuh kalsit (CaCO3) dan kemudian mengendap.
Berbagai ornamen gua yang sering di jumpai :

   * Stalaktit ( stalactite )
   * Stalagmit ( stalagmite )
   * Tiang ( column )
   * Tirai ( drapery )
   * Teras-teras travertin
   * Geode (batu permata)

Stalaktit ( stalactite )
Terbentuk dari tetesan air dari atap gua yang mengandung kalsium 
karbonat (CaCO3 ) yang mengkristal, dari tiap tetes air akan 
menambah tebal endapan yang membentuk kerucut menggantung 
dilangit-langit gua.
Berikut ini adalah reaksi kimia pada proses pelarutan batu 
gamping :
CaCO3 + CO2 + H2O à Ca2 + 2HCO3
  
Stalakmit ( stalacmite )
Merupakan pasangan dari stalaktit, yang tumbuh di lantai gua 
karena hasil tetesan air dari atas langit-langit gua.
Tiang ( Column )
Merupakan hasil pertemuan endapan antara stalaktit dan stalakmit
yang akhirnya membentuk tiang yang menghubungkan stalaktit 
dan stalakmit menjadi satu.

Tirai (drapery)
Tirai (drapery) terbentuk dari air yang menetes melalui bidang 
rekahan yang memanjang pada langit-langit yang miring hingga 
membentuk endapan cantik yang berbentuk lembaran tipis vertikal.

Teras Travertin
Teras Travertin merupakan kolam air di dasar gua yang mengalir 
dari satu lantai tinggi ke lantai yang lebih rendah, dan ketika 
mereka menguap, kalsium karbonat diendapkan di lantai gual.

Geode
Batu permata yang terbentuk dari pembentukan rongga oleh 
aktifitas pelarutan air`tanah. Kemudian dalam kondisi yang 
berbeda terjadi pengendapan material mineral 
(kuarsa, kalsit dan fluorit) yang dibawa oleh air
tanah pada bagian dinding rongga.


1) Gua Karang Masigit/Pangulahan Masigit
Letak gua ini berada di sebelah selatan pemukiman penduduk Indrahayu. Gua ini menghadap ke selatan dan memiliki lubang dengan ukuran kecil, berdiameter sekitar 1 meter. Letaknya dekat pohon besar yang berada di belakang salah satu rumah penduduk.
Menurut cerita setempat, gua ini merupakan tempat para pengagung kaum pandawa (kelompok lima bersaudara dalam pewayangan). Di tempat ini mereka membersihkan senjata-senjata sakti milik mereka.
2) Gua Kandang Hayam
Gua ini menghadap ke timur laut dan letaknya sebelah barat yang tidak jauh dari pemukiman penduduk. Ukurang gua tersebut di ukur dari mulutnya memiliki lebar mulut 2 m, tinggi gua 3.2 m, dan panjang ke dalam mencapai 20 m.
Menurut cerita penduduk setempat bahwa di gua ini sering terdengar suara ayam yang hendak mencari makan di kala pagi dan suara riuhnya ayam yang kembali ke kandang di kala sore. Hal itu terjadi mulai tahun 1960 hingga 1980-an. Oleh karena itu gua tersebut dinamakan Kandang Hayam.
3) Gua Arjuna Mintu Raga Rarabi
                  Ornamen dijepret Nita(12/06/2010)
Gua ini merupakan gua terbesar yang ditemukan di daerah tersebut. Gua ini menghadap ke arah tenggara dengan ukuran lebar mulut gua 4,5 m, tinggi 8 m, dan panjang ke dalam gua 22 m. Di tempat ini sering ditemukan beberapa jenis sesajen dan tempatnya.
Menurut cerita penduduk setempat, bahwa di gua ini Sang Adipati Arjuna (satria panengah Pandawa) melakukan tapa ketika dikejar musuh-musuhnya. Di tempat ini pula pada tahun 1970 hingga 1980-an sering dijumpai harimau dan ular (gaib) sang penunggu.

4) Gua Sumur / Embah Dalem Genggang
Gua ini letaknya di depan Gua Arjuna Mintu Raga. Hanya saja gua ini mirip sebuah sumur karena mulutnya menghadap ke atas. Gula ini memiliki diameter mulut sekitar 0,80 m dan kedalaman mencapai 30 m. Di dalam gua ini banyak dihuni kelelawar.
Menurut cerita setempat, bahwa di tempat inilah Embah Dalem Genggang asal Grage (Cirebon) bermukim. Diperkirakan bahwa dialah penyiar pertama Agama Islam di daerah tersebut.

5) Gua Karang Nangnengnong
Tempat ini tidak mirip layaknya gua, hanya saja tempat ini merupakan tempat cekungan batu karang di salah satu bukit Indrahayu. Tempat ini diperkirakan berada pada ketinggian 700 m di atas permukaan laut dan menghadap ke timur laut. Tempat ini memiliki ukurang lebar 4 m, panjang 10 m, dan tinggi 2,1 m. di tempat ini banyak terdapat batuan stalaktit yang menggantung dari atap gua. Batuan tersebut bila kita pukul-pukul akan menimbulkan suara seperti gong dan gamelan lainnya. Hal itulah yang menjadikan tempat tersebut dinamakan Karang Nangnengnong.
Menurut cerita setempat, bahwa gua tersebut merupakan tempat pemukiman Nakula-Sadewa (kembaran dari keluarga Pandawa). Pada tahun 1970 hingga 1980-an dari tempat ini sering terdengah tabuhan gamelan wayang yang meriah di malam Jum’at Kliwon.

6) Gua Leutik
Gua ini letaknya di sebelah selatan Gua Karang Nangnengnong dan menghadap ke utara. Gua ini memiliki lebar mulut gua bagain bawah kurang lebih 1 m, lebar mulut gua bagian atas 40 cm, dengan tinggi 1,4 m, dan panjang ke dalam sebesar kurang lebih 12 m. satu meter ke dalam gua ruangannya sempit, tapi setelah melewati celah sempit di dalamnya memiliki ruangan yang besar. Ketika pertama kali ditemukan, gua ini memiliki sebuah arca naga dari batu yang berukuran sebesar kuda. Namun sayang, kini arca tersebut sudah lenyap.
Menurut cerita gua ini dulunya dihuni oleh seekor ular besar yang disebut Ambu Naga Runting atau Oray Sapda. Gua ini dikenal juga dengan gua racun ular.Soal arca ular, penulis menjumpainya di sebuah ruangan di gua ini tahun 1989. Luar baisa...!!!

7) Karang Nangtung
Tempat ini layak sebuah tebing di salah dari sebuah bukit. Letaknya di bagian atas Gua Leutik dan merupakan puncak dari bukit tersebut, sekitar 800 m di atas permukaan laut. Tebing ini posisinya tegak lurus (900) dari permukaan tanah. Tebing ini memiliki ketinggian kurang lebih 20 m dan panjang 16 m. Keadaan tempat ini sangat menarik bagi para pemanjat tebing karena bisa digunakan untuk olahraga panjat tebing.

8) Gua Partapaan Munding
Letak gua ini sekitar 200 m di sebelah barat daya Karang Nangtung dan merupakan daerah puncak bukit. Gua tersebut mirip dengan sebuah celah yang buntu. Mulut gua ini memiliki lebar kurang lebih 1m dan tinggi 5 m serta panjang ke dalam sekitar 10 m.
Dulu tempat ini sering dijadikan tempat bertapanya kerbau-kerbau aduan. Bilamana seekor kerbau ingin menjadi kerbau yang tangguh dan kuat, maka kerbau tersebut harus bertapa di sana agar dapat memenangkan suatu pertandingan adu jago.

9) Karang Luatan
Karang Luatan merupakan sebuah tempat di sebelah barat perkampungan penduduk Indrahayu yang berada di lereng bukit Indrahayu. Di Karang Luatan ini terdapat sebuah batu besar yang berukuran sebesar rumah tipe 21. Menurut ceritera bahwa di tempat itu telah terjadi pembunuhan sadis. Seorang yang memiliki jabatan Kabayan (pesuruh) dari desa tetangga dibunuh oleh majikannya dengan cara ditimpa dan dikubur batu tersebut. Ditempat ini cocok untuk latihan panjat tebing.

10) Gua Landak
Gua ini belum pernah dimasuki manusia karena di gua tersebut menjadi sarang landak dan sejenisnya. Letak gua ini berada 7 m di sebelah kiri Gua Karang Nangnengnong.

11) Gua Arjuna Satra Bahu
 Mulut Gua Arjuna Sastrabahu(gmbr dijepret Deddy Kemit,28/05/2010)

Gua ini berada dipaling atas dari yang lain, mulut gua hanya berdiameter 100cm, mempunyai kedalaman sekitar 90 meter, terdapat teras pertama dan selanjutnya sumuran sedalam 15 meter. Setelah mencapai kedalaman ini, akan ditemukan ruangan luas. Gua ini ditemukan beberapa bulan yang lalu.(penulis dengan tim riset Harimau Jawa mencoba masuk ke teras pertama pada 28 Mei 2010).Tanggal 12 Juni 2010, kami kembali kesana lagi untuk mencoba menelusurinya.

Selain beberapa gua, dikawasan karst ini juga ditemukan tempat makamnya Semar, sebelah barat gua Arjuna Sastrabahu, dan tempat dibunuhnya Kabayan (tokoh cerita Pasundan) oleh majikannya.Menurut Pak Ruskanda masih ada beberapa gua belum ditemukan pintunya, meski beliau sudah dapat wangsit dan tempatnya.

Gua Indrakila menurut Bapak Ruskanda ditemukan tahun 1428 M oleh Kakek Buyut Kasipan, kawasan ini mempunyai luas 10 Ha.Pemda Kuningan melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, memasukkan kawasan ini sebagai tujuan wisata di Kabupaten Kuningan. Namun sayang tidak ditemukan fasilitas buat pengunjung, karena hanya dikelola apa adanya.

Sumber lain : Alles gute !!

13 Juni 2010

Zonasi Karst untuk Selamatkan Atmosfer

Rifa Nadia Nurfuadah - Okezone
Kamis, 10 Juni 2010 - 09:01 wib

Ilustrasi: is. 

JAKARTA - Ide cemerlang untuk selamatkan atmosfer bumi datang dari mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada (UGM) Ahmad Cahyadi. Dia mengajukan solusi dalam mengurangi pemanasan global melalui zonasi kawasan karst.

Ide mengantarkan Ahmad menjadi juara I lomba karya tulis nasional Earth's Challenge dengan tema Upaya Melestarikan Atmosfer sebagai Salah Satu Upaya Pelestarian Lingkungan Hidup yang digelar di Institut Pertanian Bogor (IPB) baru-baru ini.

Seperti dikutip dari situs UGM di Jakarta, Jumat (11/6/2010), kawasan karst di Indonesia memiliki fungsi yang cukup strategis dalam penyerapan gas karbon dioksida (CO2). Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh dua staf pengajar Fakultas Geografi UGM, Drs Eko Haryono, M.Si dan Tjahyono Nugroho Adji, M.Sc, Tech, menunjukkan, karbon dioksida yang dapat diserap oleh kawasan karst Gunung Sewu dengan luas 1.300 km2 adalah sebanyak 72.804 per tahun.

"Proses karstifikasi di wilayah karst Indonesia akan berlangsung sangat intensif karena Indonesia berada di daerah tropis dengan curah hujan tinggi, lebih dari 250 mm/tahun," jelas Ahmad.

Kenyataannya, fungsi penyerapan CO2 di wilayah karst Indonesia terganggu akibat adanya aktivitas penambangan batu gamping dengan cara overburden (pengelupasan) kerucut karst. Penambangan secara manual maupun dengan alat berat menyebabkan hilangnya lapisan epikarst pada batuan gamping sehingga karstifikasi tidak dapat terjadi. Padahal, karstifikasi berlangsung pada kesetimbangan reaksi kimia tertentu dengan melibatkan batu gamping.

"Karstifikasi sangat tergantung pada keberadaan lapisan epikarst karena kemampuan meloloskan air batuan gamping rendah sehingga dibutuhkan suatu lapisan penyimpan air untuk menampung air. Tidak adanya lapisan epikarst akan menjadikan air langsung mengalir sebagai aliran permukaan sehingga dalam waktu yang cukup singkat akan mudah menguap dan tidak menyebabkan karstifikasi," jelas pria kelahiran Gunung Kidul ini.

Proses zonasi juga dapat memanfaatkan teknologi penginderaan jauh untuk mempermudah delineasi wilayah karst, serta menambahkan data spasial lain, seperti peta geologi, peta rupa bumi, serta survei lapangan untuk mengetahui tingkat kebenaran delineasi yang telah dilakukan.

Menurut Ahmad, dengan adanya zonasi kawasan karst, maka dapat disusun rencana pengelolaan lingkungan yang lebih baik, misalnya dengan memindahkan lokasi penambangan batu gamping ke wilayah bebatuan gamping yang tidak mengalami karstifikasi atau wilayah yang karstifikasinya berkembang tidak intensif. Dengan upaya tersebut, fungsi hidrologis dan penyerapan CO2 di kawasan karst tidak terganggu.
(rhs)


- Penyelamatan Kawasan Karst Citatah 
- Perda no 2 tahun 2002 tentang Perlindungan Lingkungan Geologi

10 Juni 2010

Dewan Desak Perusak Bukit Azimut Diproses Secara Hukum

Kamis, 10/06/2010 - 18:27

SUMBER, (PRLM).- Komisi III DPRD Kab. Cirebon mendesak agar para perusak lingkungan di bukit Maneungteung atau dikenal dengan bukit Azimut, Kec. Waled segera diproses secara hukum. "Azimut yang telah rusak harus segera direklamasi dan para pelaku perusakan diproses secara hukum," kata Ketua Komisi III DPRD Kab. Cirebon Ahmad Darsono, ketika meninjau bukit yang telah rusak parah akibat penambangan liar tersebut, Kamis (10/6).

Menurut dia, kerusakan Azimut diduga akibat pengawasan dan penegakan hukum yang lemah. Karena, penambangan dilakukan secara terbuka, tetapi tidak dilengkapi surat izin dari pemerintah daerah. Anehnya, ini bisa terjadi meskipun jelas-jelas melanggar hukum.

Selain disertai anggota komisi III, hadir pada kesempatan tersebut, Kabid Penegak Perda Satpol PP Slamet Riyadi, Kabid Pengendalian Pencemaran Lingkungan, Wahyu Suprayogi, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) Rita Susena dan Camat Waled, Kusdiono.Darsono menyebutkan, dasar hukum yang digunakan untuk menjerat para pelaku penambangan liar adalah UU Pengelolaan Lingkungan Hidup No.23/1997. Karena, setelah melakukan penambangan, mereka tidak melakukan reklamasi.

Diakuinya, untuk meminta pertanggungjawaban mereka sulit, karena, sejak awal mereka tidak memiliki perizinan. Oleh sebab itu, solusinya harus diproses secara hukum sambil melakukan reklamasi.

Sekretaris Komisi III, Arif Rahman menambahkan, komisi akan menggelar rapat gabungan pada Rabu (30/6) mendatang. Dia mendesak, empat perusahaan yang diduga kuat melakukan penambangan liar seperti CV. FJ, CV. El, CV. Pap dan CV. An turut hadir. "Kalau nanti mereka hadir kami akan menanyakan segala hal terkait aktivitas penambangan. Selama ini kami belum mendapat keterangan resmi dari mereka," katanya.

Kabid Pengendalian Penemaran Lingkungan, Wahyu Suprayogi mengatakan, kasus hukum lingkungan menyusul rusaknya bukit Azimut kini ditangani Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinisi Jawa Barat sehingga pihaknya hanya melengkapi data dan membantu proses hukum yang kini tengah berjalan.

Penambangan bukit Azimut hingga saat ini dilakukan secara terang-terangan walaupun tidak mengantongi surat izin dari pihak terkait. Matrial yang keluar untuk kepentingan mega proyek tol Kanci-Pejagan tersebut juga dalam pengangkutannya pun merusak ruas jalan yang dilewatinya. (A-146/das)***


SUMBER : http://www.pikiran-rakyat.com/node/115591

Gunung Ciremai Habitat “Baru” Harimau Jawa (Panthera tigris sondaica)

oleh: Didik Raharyono.

Steidensticker & Soejono (1976) luput mencantumkan Gn. Ciremai sebagai habitat harimau jawa dalam bukunya The Javan Tiger and The Meru Betiri Reserve. Diantar Pak Deddy Kermit Petakala Grage (PG), penulis menjumpai specimen kepala harimau jawa dari Gn. Ciremai. Banyak informasi ilmiah dapat ‘dibaca’ atas temuan spesimen ini. Walaupun sudah dianggap punah, usaha mengendus eksistensi harimau jawa selalu mengantarkan bagi tersingkapnya ‘tabir pengetahuan baru’.

Syukur tiada terkira Atas Limpahan Rahmat dari Tuhan Alam Semesta.

Bagaimana tidak, semula kami Peduli Karnivor Jawa (PKJ) hanya mendiskusikan strategi riset, mekanisme pengumpulan dana pergerakan, menggagas pemikiran kreatif manajemen habitat kedepan bagi satwa dan masyarakat sekitar hutan berkarnivor besar di Petakala Grage (PG). Lalu Pak Deddy dan Pak Athok menyinggung kemungkinan masih adanya specimen ‘tubuh’ harimau jawa di tetangga desanya.Kronologis

Saya tertarik ingin berkunjung guna melihat opsetan loreng jawa, tetapi pada dua atau tiga hari kedepan. Pak Deddy menegaskan supaya tidak ditunda, maka saat itu juga kami meluncur ke rumah yang dimaksud. Benar adanya, sesampai lokasi kami diterima terbuka oleh tuan rumah, lalu kami memperkenalkan diri, menyampaikan maksud tujuan melakukan penelitian harimau jawa yang sudah dianggap punah. Setelah berdiskusi hampir 4 jam, Bapak yang sederhana itu menunjukkan koleksi beliau spesimen harimau jawa.

Beliau seorang tokoh masyarakat, kolektor barang-budaya warisan leluhur, memperkenankan saya memotret kepala harimau jawa. Walau kondisinya hampir dipenuhi jala laba-laba, benakku berkeyakinan pasti akan ada segudang informasi ilmiah yang akan terkuak. Jikalau harimau jawa di musium, tentulah membutuhkan prosedur administrasi rumit seperti pengalaman pribadiku tahun 2000 di MZB dulu –jauh-jauh dari Jember ingin ‘belajar’ opsetan harimau jawa di tolak mentah-mentah karena saya dari perorangan dan bukan atas nama organisasi. Selain itu kekuatan ilmiah harimau jawa koleksi masyarakat tentulah bernilai baru dan penting, sebab memberikan gambaran vareasi pola, diskripsi ukuran tubuh, asal lokasi dan sejarah yang belum pernah terungkap apalagi tercatat.

Bapak pemilik tersebut mengungkapkan: bahwa dulu, opsetan harimau jawa itu utuh –dari kepala hingga ekor, namun banyak kenalan beliau dari Jendral hingga Kyai meminta sesobek demi sesobek untuk “cindera mata” akibatnya sekarang tinggal bagian kepala. Beliau mendapatkan hadiah specimen tersebut dari petinggi TNI kala baheula. Kemudian dijelaskan panjang kepala hingga pantat 200 cm, belum termasuk panjang ekor. Bahkan dulu sering dijadikan alas untuk istirahat beliau. Berdasar keterangan petinggi TNI yang dijelaskan kembali Beliau kepada penulis, harimau loreng ini berasal dari lereng Gn. Ciremai Jawa Barat. Ditembak sekitar tahun 1961 -bekas pelor sekitar 5 lubang di pipi, dekat hidung dan jidat depan, masih terlihat jelas. Ditambahkan lagi: harimau jawa ini jantan tua dan telah membunuh 5 orang -maka dieksekusi.

Luput dari Steidenstiker

Informasi ilmiah terpenting dari uraian temuan spesimen kepala di atas adalah tentang Gn. Ciremai sebagai habitat harimau jawa. Dalam bukunya (1976) Steidenstiker & Soejono menyampaikan sebaran distribusi habitat harimau jawa tahun 1940 dan 1970, walaupun untuk Gunungkidul dilabeli 1930 (?) dengan tanda tanya dibelakangnya, tapi Gn. Ciremai luput dari pencatatan beliau. Berarti kawasan Gn. Ciremai dianggap bukan habitat harimau jawa, meskipun terjadi pembunuhan tahun 1961 -mungkin informasinya tidak terdengar Pak Steidenstiker. Padahal telah berdampak terhadap “penisbian” informasi dari penduduk sekitar kawasan tentang terjumpainya harimau loreng yang oleh masyarakat sekitar disebut maung siliwangi, lodaya atau macan tutul turih tempe.

Jangankan Gn. Ciremai, bahkan di Gn. Arjuno, Gn. Argopuro dan masih banyak lokasi lain yang juga luput dari pencatatan Steidenstiker (1976) sebagai habitat harimau jawa. Penulis berani mencantumkan nama-nama lokasi habitat “baru” harimau jawa (di buku Berkawan Harimau Bersama Alam, 2002) berdasarkan keterangan dari Pemburu lokal, Pecinta Alam, Pendarung, Perbakin dan Pensiunan TNI. Seperti misalnya saat silaturohmi ke pengurus Yayasan Salsabiil Faros di Cirebon (2009), penulis bertemu dengan seorang pensiunan TNI yang dulu pernah menembak seekor harimau jawa di lereng Gn. Arjuno. Beliau menembak seekor dari empat ekor harimau loreng yang diincarnya. Penembakan tersebut terjadi tahun 1967, hal itu diingat dengan cermat karena beliau ditugaskan di Koramil sekitar Gn. Arjuno 2 tahun setelah Gestok. Dan dari Wonogiri diinformasikan bahwa harimau jawa masih terlihat. Artinya: masih banyak lokasi-lokasi habitat “baru” harimau jawa yang luput dari catatan ilmuwan harimau dunia.

Oleh karena itu, sebagai penghuni Pulau Jawa, hendaknya kita peduli terhadap kawasan yang ada disekitar kita, utamanya hutan yang menjadi habitat satwa liar. Dengan kandungan maksud: jadilah peneliti ahli yang menguasai “halaman” rumah sendiri. Bolehlah kita berpikir global, namun aksi kita haruslah dimulai dari lokal. Sebab ancaman dan tekanan tinggi pada habitat-habitat alami di Jawa, tentulah akan mengancam kelestarian satwa-satwa endemik Jawa yang tersisa.

Diawetkan Dengan Garam

Semula saya agak ragu memegang spesimen kepala harimau jawa tersebut. Bukan apa-apa sebab berdasarkan keterangan pengopset satwa tradisional biasanya menggunakan Arsenik sebagai bahan utama pengawet opsetan, selain formalin dan alkohol. Untuk menegaskan informasi yang beredar seperti itu saya memberanikan bertanya: dulu opsetan ini diawetkan dengan apa Pak? Beliaunya tersenyum menjelaskan kalau pengopsetan kala itu hanya menggunakan ‘garam krosok’ dan dijemur terbalik di sinar matahari (kulit bagian dalam dipampang langsung, sedang bagian berambut tidak terpapar sinar matahari).

Informasi ilmiah tersebut penulis buktikan dengan kenyataan, dimana beberapa bagian rambut telah lepas. Bahkan bagian atas daun telinga kiri telah robek dimakan tikus. Artinya pengawetan opsetan ini memang menggunakan garam, tidak menggunakan racun arsenik. Sifat garam yang hipertonis dan hygroscopis jelas akan mempercepat terhisapnya kandungan air ditingkat seluler, maka garam dijadikan bahan pengawet tradisionil. Beda nyata jika menggunakan arsenik: opsetan tampak utuh, mulus dan tidak cacat rambutnya, sebab serangga pemakan rambut akan mati jika kontak dengan arsenik, seperti opsetan harimau sumatra yang pernah saya jumpai di Rumah dinas Bupati Temanggung tahun 2001, utuh dan bagus –pastilah menggunakan racun dalam pengawetannya.

Penulis lalu teringat keterangan Pak Karno Jember yang juga mengkoleksi opsetan harimau jawa ditembak tahun 1957. Setelah beliau menunjukkan foto harimau jawa dari Kendeng Lembu, saya bertanya masih adakah sisa opsetan hewan di foto itu. Beliaupun tersenyum lalu menjelaskan bahwa opsetannya tidak bagus (namun beliau tidak menjelaskan bahan penyamakannya), sejak tahun 1970-an rambutnya telah banyak yang rontok maka kemudian disimpan di gudang dan tahun 1980-an banyak dimakan ngengat. Oleh karena itu pada sekitar tahun 1990-an, opsetan harimau jawa itu dimusnahkan dengan di bakar dan dibuang di halaman belakang. Sedangkan saya berkunjung kerumah beliau sekitar tahun 1999.

Merasa aman dengan opsetan yang diawetkan dengan garam, maka penulis memegang, mengambil sedikit rambut untuk dianalisis menggunakan mikroskup cahaya guna menjadi ‘rambut pandu harimau jawa’ jikalau nanti ditemukan rambut dari hutan. Berkolaborasi dengan Pak Deddy, maka berbagai pose kepala opsetan harimau jawa itu kami abadikan, meliputi : kepala secara utuh, pola loreng tersisa di jidat, pipi samping kiri, dagu bawah, bekas surai dan landasan kumis. Hal itu saya lakukan untuk membantu pendiskripsian secara ilmiah perihal kenampakan fisik harimau jawa dari Gn. Ciremai. Saat memotret bagian landasan kumis, sempat terabadikan sisa kumis sepanjang 1 cm dua helai, cukup untuk memberikan wacana tentang model dan warna kumis harimau jawa.

Membongkar Sepenggal Kepala Berumur ½ Abad

Dulu potongan kepala itu sering dipakai anak-anak untuk bermain dengan teman-temannya, berkejaran, bergurau dan sebagainya. Penulis bergumam, wah sumber pengetahuan sangat penting ternyata menjadi hal ‘biasa’ bagi masyarakat. Mungkin karena masyarakat merasa bahwa sepenggal kepala loreng jawa itu sebagai barang lumrah, mudah dijumpai dan masih banyak di hutan, jadi sederhana saja cara memperlakukannya.

Tak mau terlambat, maka saya dengan cermat memperhatikan bekas-bekas sidik jidat harimau jawa itu. Tetapi tak menemukan bekas coretan-coretan garis hitam, karena sebagian besar rambutnya telah rontok mengelupas. Perhatian kemudian saya alihkan dibagian atasnya, syukur masih ada sisa rambut yang utuh dengan garis hitam. Tebalnya tak lebih dari selebar jari telunjuk lelaki dewasa. Pola coretan garis hitam itu cenderung longgar (jaraknya renggang), tidak seperti milik harimau sumatra yang tebal dan rapat ‘ndemblok’(Jw). Kondisi ini juga diperkuat foto harimau jawa 1957 sebagai pembanding, dimana tulang tengkoraknya masih terbalut kulit dan merekam bentuk utuh satwa saat masih hidup –karena diabadikan sesaat setelah mati ditembak.

Meski sepenggal kepala opsetan harimau jawa ini telah terlepas dari tulang tengkorak sebagai landasan kulit yang membentuk raut muka tiga dimensi, tetap dapat terlihat rekam-bentuk tentang ‘pesek’nya hidung yang sempit, dengan pangkal jidat sedikit di atas mata cenderung cembung –membentuk kesan moncong memanjang. Sisa coretan ornamen di pipi juga mencirikan sebagai milik harimau jawa yang jarang, tipis dan cenderung cerah. Berbeda dengan coretan ornamen pipi harimau sumatera kebanyakan tebal, rapat sehingga memberi kesan agak gelap.


GAMBAR 01. KARAKTER WAJAH HARIMAU JAWA & SUMATERA. Berdasar pola coretan pipi dan sidik jidat, dapat dibedakan antara karakter wajah harimau jawa dan sumatera. Pola coretan pipi harimau jawa cenderung tipis dan jarang sedangkan harimau sumatera tebal dan rapat. Sidik jidat harimau jawa renggang dan tipis, sedangkan harimau sumatera rapat cenderung membentuk blok hitam. Akibatnya wajah harimau jawa cenderung cerah dan harimau sumatera cenderung gelap.

Bahkan saya sempatkan untuk menghitung lubang bekas landasan kumis harimau jawa, jumlahnya baik yang besar maupun sedang sekitar 29 lubang untuk satu pipi kiri dan sekitar itu juga di pipi kanan, total 58 lubang. Hanya sekitar 10 landasan lubang berdiameter 3 mm di pipi kanan-kiri dan 14 lubang berdiameter 2 mm, lainnya 1 mm atau bahkan kurang. Landasan lubang kumis tersebut membentuk enam baris dengan komposisi jumlah baris dari bawah ke atas: 3; 6; 6; 5; 5; dan 4. Menggunakan pijakan kajian pembanding foto harimau jawa 1957 terlihat bahwa ujung kumis hingga surai di dagu, prediksi saya panjang rambut kumis harimau jawa mencapai 25 cm.

Rambut dibagian dagu berwarna kuning pucat (kemungkinan dulunya putih), sedangkan rambut yang menjadi warna dasar pipi yang masih sempat terlihat berwarna kuning tembaga terang. Blok rambut berwarna putih yang dikelilingi warna hitam dibelakang daun telinga masih terlihat jelas, walau hampir samar.

Setelah pengamatan secara mikroskopis di laboratorium Biologi SMA Mandiri Cirebon, terdiskripsikan bahwa medula rambut opsetan ini bertipe intermediet pola reguler, sedangkan sisik bertipe corona serrata pola irreguler wave. Hal ini semakin memperkuat data temuan kami tigabelas tahun yang lalu perihal rambut harimau jawa, dulu temuan dari TN Meru Betiri dan sekarang opsetan asli dari Gn. Cermai.


Medula rambut harimau jawa dari Gn Ciremai

GAMBAR 02. STRUKTUR MORFOLOGI RAMBUT HARIMAU JAWA GN. CIREMAI. Detail bagian medula rambut harimau jawa dari Gn. Ciremai ini menunjukkan tipe intermediet pola reguler. Ciri utama pada bagian medula ini membedakan dengan macan tutul yang bertipe discontinous pola cresentic. Keidentikan pola rambut harimau jawa dari Gn. Cermai dengan rambut temuan dari TN. Meru Betiri menunjukkan eksistensi harimau jawa. Morfologi medula rambut harimau jawa ini di foto menggunakan mikroskup cahaya dengan perbesaran 40 x 5. (foto: @didik R’10).

Seperti Apa Ekosistem Gn. Ciremai?

Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat (3.078 mdpl), dikelilingi hutan dengan koordinat 108020’ – 108040’ BT dan 6040’ – 6058’ LS. Tipe iklim kawasan Gn. Ciremai berklasifikasi tipe iklim B dan C (berdasar Schmidt dan Ferguson) dengan rata-rata curah hujan 2000 – 4000 mm/tahun. Temperatur bulanan berkisar antara 18o – 24o C. Sistem hidrologi didominasi sistem akuifer endapan vulkanik dari Gn. Ciremai. Berdasarkan geomorfologi dan litologi, karakteristik akuifer dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu: kurang produktif pada lereng puncak; sangat produktif pada lereng badan gunung; dan produksi sedang – rendah, pada kaki gunung (RPK TNGC, 2009). Keberadaan air ini sangat penting bagi eksistensi karnivor besar, sebab harimau jawa suka berendam di air jika kondisi siang hari sangat panas, namun adanya kisaran suhu yang hangat dan dingin di kawasan Gn. Cermai sepertinya harimau jawa mampu beradaptasi khususnya di lereng badan gunung.



                        Gunung Ciremai

GAMBAR 03. PENAMPANG TIGA DIMENSI GN. CIREMAI. Kenampakan tiga dimensi Gn. Ciremai memberikan informasi bentang lahan dan topografinya. Hal ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk mencari daerah ideal bagi kelangsungan hidup harimau jawa dengan memperhatikan kebutuhan syarat hidup khususnya ketersediaan sumber-sumber air alami dan prey. (Sumber Gambar: Rencana Pengelolaan Kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai 2009).

Luas hutan di Gn. Cermai sekitar 15.500 ha dan merupakan hutan sekunder tua pasca letusan tahun 1832. Sebagian besar penutupan lahan berupa vegetasi hutan alam primer yang dikelompokan ke dalam tiga jenis yaitu: hutan hujan dataran rendah (200-1000 m dpl); pegunungan (1000-2400 m dpl); pegunungan sub alpin (> 2400 m dpl). Beberapa flora hasil inventarisasi oleh berbagai pihak di wilayah Kawasan Gn. Ciremai meliputi : 32 jenis vegetasi pohon pada ketinggian antara 1.200 – 2.400 m dpl; 119 koleksi tumbuhan terdiri dari 40 anggrek dan 79 non anggrek (RPK TNGC, 2009). Keberagaman vegetasi sangat tinggi tentunya menunjang sumber pakan satwa prey karnivor besar.

Kawasan Gn. Ciremai selain kaya keanekaragaman flora, juga memiliki tingkat keanekaragaman fauna yang tinggi, dan beberapa jenis termasuk kategori langka. Daftar spesies satwa liar di kawasan ini meliputi 12 mamalia; 3 reptilia; 77 burung dan beberapa jenis ampibi serta serangga yang belum diteliti. Kompleksitas jenis hewan terutama golongan prey sangat menunjang bagi kestabilan populasi dan demografi karnivor besar. Berkaitan dengan luas kawasan berhutan, maka keragaman jenis prey dan populasinya jelas akan sangat penting sebagai faktor penunjang Carrying Capacity kawasan Gn. Cermai terhadap fluktuasi dan kelestarian harimau jawa kedepannya (perlu dikuatkan dengan riset menggunakan kamera trap secara permanen minimal 6 bulan).

Penutup

Berbekal hasil pendataan koleksi satwa liar yang dilindungi pada tahun 1992 yang telah pernah dilakukan BKSDA di seluruh Jawa, seharusnya dapat dijadikan landasan untuk mencermati berbagai kawasan yang diduga sebagai habitat satwa liar, bahkan mungkin melakukan refisi terhadap buku-buku referensi yang telah beredar. Tetapi sepertinya saat ini telah terjadi kerancuan wilayah kerja antara Balai Taman Nasional, KSDA, dan Perhutani di Jawa akibatnya tak ada sering data, informasi dan pensinergian bidang kajian khususnya satwa liar dilindungi ataupun yang terancam punah, bahkan yang sudah diklaim punah –karena habitatnya yang berupa hutan telah disekat-sekat secara administrasi.

Ditilik dari hanya sebuah temuan sepenggal kepala opsetan harimau jawa berumur 49 tahun, masih berpeluang ditemukan ‘habitat baru’ satwa yang telah dianggap punah. Kami dari PKJ dan PG sebagai masyarakat biasa hanyalah didorong oleh rasa kepedulian yang tinggi terhadap keselamatan hutan Jawa dari tekanan dan ancaman destruktif. Dimana hutan alami tersisa di Jawa kami anggap sebagai gudang plasmanutfah sumber bagi daya kehidupan antar-lintas generasi, oleh karena itu harus ‘dibaca’, dikaji dan dijaga sekuat tenaga.

Cirebon, 9 Juni 2010.

Didik Raharyono, S.Si.


Wildlife Biologist

SEKRETARIAT PKJ.

08 Juni 2010

Program CSR Perusahaan

 Corporate Social Responsibility yang berkelanjutan merupakan hedging untuk perusahaan. CSR memang tidak memberikan hasil keuangan secara langsung dalam jangka pendek, namun CSR akan memberikan hasil baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan perusahaan di masa mendatang.”

Pembangunan suatu negara bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, setiap insan manusia berperan untuk mewujudkan kesejahteraan sosial dan peningkatan kualitas hidup masyarakat. Dunia usaha berperan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang sehat dengan mempertimbangkan pula faktor lingkungan hidup. Kini dunia usaha tidak lagi hanya memperhatikan catatan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan sudah meliputi aspek keuangan, aspek sosial, dan aspek lingkungan biasa disebut triple bottom line. Sinergi dari tiga elemen ini merupakan kunci dari konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development).Seiring dengan pesatnya perkembangan sektor dunia usaha sebagai akibat liberalisasi ekonomi, berbagai kalangan swasta, organisasi masyarakat, dan dunia pendidikan berupaya merumuskan dan mempromosikan tanggung jawab sosial sektor usaha dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungan.

Namun saat ini – saat perubahan sedang melanda dunia – kalangan usaha juga tengah dihimpit oleh berbagai tekanan, mulai dari kepentingan untuk meningkatkan daya saing, tuntutan untuk menerapkan corporate governance, hingga masalah kepentingan stakeholder yang makin meningkat. Oleh karena itu, dunia usaha perlu mencari pola-pola kemitraan (partnership) dengan seluruh stakeholder agar dapat berperan dalam pembangunan, sekaligus meningkatkan kinerjanya agar tetap dapat bertahan dan bahkan berkembang menjadi perusahaan yang mampu bersaing.

Upaya tersebut secara umum dapat disebut sebagai Corporate Social Responsibility (CSR) atau corporate citizenship dan dimaksudkan untuk mendorong dunia usaha lebih etis dalam menjalankan aktivitasnya agar tidak berpengaruh atau berdampak buruk pada masyarakat dan lingkungan hidupnya, sehingga pada akhirnya dunia usaha akan dapat bertahan secara berkelanjutan untuk memperoleh manfaat ekonomi yang menjadi tujuan dibentuknya dunia usaha.

Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal 1970an, yang secara umum diartikan sebagai kumpulan kebijakan dan praktek yang berhubungan dengan stakeholder, nilai-nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan; serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. CSR tidak hanya merupakan kegiatan karikatif perusahaan dan tidak terbatas hanya pada pemenuhan aturan hukum semata.

Implementasi konsep sustainable development dalam Program CSR
Masih banyak perusahaan tidak mau menjalankan program-program CSR karena melihat hal tersebut hanya sebagai pengeluaran biaya (cost center). CSR memang tidak memberikan hasil keuangan dalam jangka pendek. Namun CSR akan memberikan hasil baik langsung maupun tidak langsung pada keuangan perusahaan di masa mendatang. Dengan demikian apabila perusahaan melakukan program-program CSR diharapkan keberlanjutan perusahaan akan terjamin dengan baik. Oleh karena itu, program-program CSR lebih tepat apabila digolongkan sebagai investasi dan harus menjadi strategi bisnis dari suatu perusahaan.

Dengan masuknya program CSR sebagai bagian dari strategi bisnis, maka akan dengan mudah bagi unit-unit usaha yang berada dalam suatu perusahaan untuk mengimplementasikan rencana kegiatan dari program CSR yang dirancangnya. Dilihat dari sisi pertanggung jawaban keuangan atas setiap investasi yang dikeluarkan dari program CSR menjadi lebih jelas dan tegas, sehingga pada akhirnya keberlanjutan yang diharapkan akan dapat terimplementasi berdasarkan harapan semua stakeholder.
Tenda darurat yang dibangun di lokasi bencana memungkinkan para siswa SD melanjutkan aktivitas belajar mengajar. Ini merupakan salah satu wujud nyata CSR

Mengapa Program CSR harus Sustainable
Pada saat ini telah banyak perusahaan di Indonesia, khususnya perusahaan besar yang telah melakukan berbagai bentuk kegiatan CSR, apakah itu dalam bentuk community development, charity, atau kegiatan-kegiatan filantropi. Timbul pertanyaan apakah yang menjadi perbedaan antara program community development, filantropi, dan CSR dan mana yang dapat menunjang berkelanjutan?

Tidak mudah memang untuk memberikan jawaban yang tegas terhadap pertanyaan diatas, namun penulis beranggapan bahwa CSR is the ultimate level towards sustainability of development. Umumnya kegiatan-kegiatan community development, charity maupun filantropi yang saat ini mulai berkembang di bumi Indonesia masih merupakan kegiatan yang bersifat pengabdian kepada masyarakat ataupun lingkungan yang berada tidak jauh dari lokasi tempat dunia usaha melakukan kegiatannya. Dan sering kali kegiatannya belum dikaitkan dengan tiga elemen yang menjadi kunci dari pembangunan berkelanjutan tersebut. Namun hal ini adalah langkah awal positif yang perlu dikembangkan dan diperluas hingga benar-benar dapat dijadikan kegiatan CSR yang benar-benar sustainable.

Selain itu program CSR baru dapat menjadi berkelanjutan apabila, program yang dibuat oleh suatu perusahaan benar-benar merupakan komitmen bersama dari segenap unsur yang ada di dalam perusahaan itu sendiri. Tentunya tanpa adanya komitmen dan dukungan dengan penuh antusias dari karyawan akan menjadikan program-program tersebut bagaikan program penebusan dosa dari pemegang saham belaka. Dengan melibatkan karyawan secara intensif, maka nilai dari program-program tersebut akan memberikan arti tersendiri yang sangat besar bagi perusahaan. Melakukan program CSR yang berkelanjutan akan memberikan dampak positif dan manfaat yang lebih besar baik kepada perusahaan itu sendiri maupun para stakeholder yang terkait. Sebagai contoh nyata dari program CSR yang dapat dilakukan oleh perusahaan dengan semangat keberlanjutan antara lain, yaitu: pengembangan bioenergi, melalui kegiatan penciptaan Desa Mandiri Energi yang merupakan cikal bakal dari pembentukan eco-village di masa mendatang bagi Indonesia.

Program CSR yang berkelanjutan diharapkan akan dapat membentuk atau menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera dan mandiri. Setiap kegiatan tersebut akan melibatkan semangat sinergi dari semua pihak secara terus menerus membangun dan menciptakan kesejahteraan dan pada akhirnya akan tercipta kemandirian dari masyarakat yang terlibat dalam program tersebut.

Program CSR tidak selalu merupakan promosi perusahaan yang terselubung, bila ada iklan atau kegiatan PR mengenai program CSR yang dilakukan satu perusahaan, itu merupakan himbauan kepada dunia usaha secara umum bahwa kegiatan tersebut merupakan keharusan/tanggung jawab bagi setiap pengusaha. Sehingga dapat memberikan pancingan kepada pengusaha lain untuk dapat berbuat hal yang sama bagi kepentingan masyarakat luas, agar pembangunan berkelanjutan dapat terealisasi dengan baik. Karena untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera dan mandiri semua dunia usaha harus secara bersama mendukung kegiatan yang terkait hal tersebut. Dimana pada akhirnya dunia usaha pun akan menikmati keberlanjutan dan kelangsungan usahanya dengan baik.
Sukarelawan membagikan bantuan pangan darurat kepada korban gempa bumi di Yogyakarta. Berkat keturutsertaan pihak swasta, pemulihan pasca bencana bisa berjalan lebih cepat

Manfaat dari program CSR bagi perusahaan di Indonesia
Memang pada saat ini di Indonesia, praktek CSR belum menjadi suatu keharusan yang umum, namun dalam abad informasi dan teknologi serta adanya desakan globalisasi, maka tuntutan terhadap perusahaan untuk menjalankan CSR akan semakin besar. Tidak menutup kemungkinan bahwa CSR menjadi kewajiban baru standar bisnis yang harus dipenuhi seperti layaknya standar ISO. Dan diperkirakan pada akhir tahun 2008 mendatang akan diluncurkan ISO 26000 on Social Responsibility, sehingga tuntutan dunia usaha menjadi semakin jelas akan pentingnya program CSR dijalankan oleh perusahaan apabila menginginkan keberlanjutan dari perusahaan tersebut.

CSR akan menjadi strategi bisnis yang inheren dalam perusahaan untuk menjaga atau meningkatkan daya saing melalui reputasi dan kesetiaan merek produk (loyalitas) atau citra perusahaan. Kedua hal tersebut akan menjadi keunggulan kompetitif perusahaan yang sulit untuk ditiru oleh para pesaing. Di lain pihak, adanya pertumbuhan keinginan dari konsumen untuk membeli produk berdasarkan kriteria-kriteria berbasis nilai-nilai dan etika akan merubah perilaku konsumen di masa mendatang. Implementasi kebijakan CSR adalah suatu proses yang terus menerus dan berkelanjutan. Dengan demikian akan tercipta satu ekosistem yang menguntungkan semua pihak (true win win situation) - konsumen mendapatkan produk unggul yang ramah lingkungan, produsen pun mendapatkan profit yang sesuai yang pada akhirnya akan dikembalikan ke tangan masyarakat secara tidak langsung.

Sekali lagi untuk mencapai keberhasilan dalam melakukan program CSR, diperlukannya komitmen yang kuat, partisipasi aktif, serta ketulusan dari semua pihak yang peduli terhadap program-program CSR. Program CSR menjadi begitu penting karena kewajiban manusia untuk bertanggung jawab atas keutuhan kondisi-kondisi kehidupan umat manusia di masa datang.
Perusahaaan perlu bertanggung jawab bahwa di masa mendatang tetap ada manusia di muka bumi ini, sehingga dunia tetap harus menjadi manusiawi, untuk menjamin keberlangsungan kehidupan kini dan di hari esok.

BATU TULIS JABRANTI

Kabupaten Kuningan menjadi salah satu icon sejarah dunia sejak terjadinya peristiwa ‘Perundingan Linggarjati’. Eksistensinya semakin kukuh ketika para pakar sejarah menemukan situs purbakala di Cipari pada tahun 1972. Situs purbakala yang ditemukan merupakan peninggalan zaman Megalitikum (batu besar), seperti menhir, dolmen, punden berundak, sarcophagus, kapak batu jenis beliung, gelang batu, dan peralatan batu lainnya. Upaya para pakar sejarah tidak berhenti sampai di situ, beberapa tahun kemudian ditemukan pula peninggalan zaman Megalitikum lainnya di 8 tempat, yaitu di Desa Cibuntu Kecamatan Pasawahan, Desa Patalagan Kecamatan Pancalang, Desa Rajadanu Kecamatan Japara, Desa Ragawacana Kecamatan Kramatmulya, Kelurahan Cirendang Kecamatan Kuningan, Pagerbarang Desa Citangtu Kecamatan Kuningan, Panawar Beas Kelurahan Cigugur Kecamatan Cigugur, dan Kelurahan Cigadung Kecamatan Cigugur (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Kuningan, 2003). Penemuan prasejarah yang cukup banyak di berbagai tempat ini oleh pakar sejarah Kuningan K. Rusman disebut dengan ‘Sebaran Megalitikum di Kabupaten Kuningan’.


                      Batu Tulis Banjaran Jabranti

Penemuan prasejarah yang mengagumkan di atas ternyata tidak terputus begitu saja. Pada tahun 1974-an Drs. Bejo, guru Sejarah SMAN 1 Kuningan, dan penduduk Dusun Banjaran Desa Jabranti Kecamatan Karangkancana berhasil menemukan batu tulis di Gunung Banjaran yang letaknya masuk ke dalam wilayah daerah Salem Provinsi Jawa Tengah. Penemuan batu tulis ini menunjukkan dimulainya peradaban zaman sejarah yang memasuki tahun Masehi. Dengan demikian bukti ini merupakan salah satu mata rantai sejarah yang jelas mulai zaman prasejarah Megalitikum sampai dengan zaman sejarah hingga kini.
Berdasarkan informasi yang ada, di tempat ditemukannya batu tulis tersebut ditemukan pula peninggalan prasejarah yang terkubur. Terungkapnya peninggalan tersebut bermula dari penemuan peta batu oleh Drs. Bejo. Setelah ditelusuri peta tersebut menunjukkan beberapa peninggalan prasejarah yang terkubur. Peninggalan tersebut berupa sarcophagus, kapak batu, peralatan pertanian dari batu, dan alat yang mirip dengan ‘balencong’ sekarang. Untuk menjaga keutuhan benda-benda tersebut, penemuan itu dikuburkan kembali. Sudah pasti tempat tersebut telah menjadi saksi sejarah di mana terjadinya pergantian masa dari zaman prasejarah menuju zaman sejarah.

Batu tulis yang ada di Gunung Banjaran jumlahnya ada 3, dari mulai tingginya kira-kira 45 cm hingga mencapai 167 cm. Masing-masing batu memiliki bentuk dan pictograph yang berbeda. Batu tulis terkecil mirip sebuah kerucut dengan pictograph yang sudah tidak jelas, berupa gambaran kehidupan manusia pada masa itu. Batu kedua bentuknya membulat dengan pictograph menyerupai peta. Batu ketiga tingginya hampir sama sekitar 167 cm dengan bentuk menjulang tinggi layaknya sebuah menhir. Batu ketiga ini letaknya di tepi jalan setapak yang mirip dengan gapura. Pictograph pada batu ketiga didominasi oleh dua ekor naga dan pemburu.
Bila dilihat dari pictograph yang mendominasinya, diduga batu tulis tersebut merupakan batas dari suatu daerah yang ada pada awal masehi. Daerah yang dimaksud kemungkinan daerah yang akan menjadi cikal bakal Kuningan yang pada waktu itu dipimpin oleh Prabu Seuweukarma. Saat itu agama Hindu dan Budha berkembang pesat dan banyak menceritakan kehadiran sang naga dan para punakawan pewayangan. Akan tetapi ada juga dugaan lain, yaitu adanya pengaruh agama Islam dari Cirebon yang mulai masuk ketika Kerajaan Luragung berjaya. Hal tersebut diperkuat dengan adanya guci air dari Cina yang berada tidak jauh dari lokasi tersebut. Penyebaran agama Islam di wilayah III Cirebon saat itu dibarengi dengan kedatangan Putri Ong Tin dari Campa.

Keterbatasan di atas diharapkan dapat disempurnakan lagi melalui penelitian lanjutan oleh para pakar sejarah dan ahli kimia agar diketahui pasti kapan batu tulis itu ada melalui uji karbon dan literatur. Pelapukan batuan yang nyata akan menjadi kendala pada penelitian selanjutnya. Oleh karena itu diharapkan sekali segera dilakukan penelitian agar terselamatkan aset sejarah bangsa yang sangat berharga.***

Gua Indrakila Karangkancana Kuningan part 1


Karena berbau agak narsis Kampung Indrakila dirubah namanya menjadi Indrahayu Desa Karangkancana Kecamatan Karangkancana Kuningan
Komplek Gua tetap namanya Indrakila

A. Kebudayaan Gua-gua di Indrahayu
Seperti yang telah diungkapkan di atas, bahwa kebudayaan adalah aktivitas dan hasil cipta manusia dengan akal-budinya. Dengan demikian kebudayaan gua-gua Indrahayu adalah segala bentuk kegiatan dan ciptaan msyarakat yang pernah dan ada di daerah Indrahayu. Maka kegiatan dan ciptaan manusia (masyarakat) yang pernah ada di sana pada masa sebelumnya termasuk ke dalam perkembangan kebudayaan daerah tersebut.


Berdasarkan indicator kebudayaan yang telah disebutkan di atas, maka kebudayaan Gua-gua Indrahayu tercakup dalam 2 bentuk perwujudan, yaitu (1) kegiatan masyarakat Indrahayu yang berhubungan dengan eksistensi gua-gua yang ada di sana dan (2) hasil karya masyarakat Indrahayu yang memiliki hubungan langsung dengan keberadaan gua-gua tersebut. 

                Gua ArjunaSastrabahu Teras Pertama
Adapun kegiatan masyarakat yang berhubungan dengan eksistensi gua-gua di Indrahayu tiada lain daripada kehidupan keseharian masyarakat Indrahayu itu sendiri. Kehidupan mereka banyak tertumpu kepada pertanian, sehingga bisa disebut sebagai masyarakat agraris. Mereka adalah pemeluk Agama Islam yang taat. Masuknya Agama Islam telah lama tersiar di sana, sejak datangnya penyebar Agama Islam Embah Dalem Genggang ke tempat tersebut dan mendiami salah satu gua di sana. Dalam kehidupan mereka pun masih kuat dipengaruhi oleh cerita pewayangan dan gaib yang berhubungan dengan gua-gua yang ada di sana. Oleh karena itu perilaku mereka sebagian kecil ada yang meniru pola kehidupan pewayangan dan dunia gaib yang berbau Hindu-Budha.
Adapun kreasi yang tercipta di sekitar gua lebih banyak diwujudkan dalam bentuk ritual keagamaan. Sebagian dari mereka percaya akan adanya kekuatan gaib yang dimiliki gua-gua di sana. Di gua-gua yang berbau pewayangan sering dijumpai sisa-sisa upacara sacral dari para pengunjung gua yang memiliki maksud tertentu.

                    Gua Arjuna Sastrabahu

Upacara yang mereka lakukan mirip dengan kepercayaan Agama Hindu dan Budha. Sebagian masyarakat setempat juga memanfaatkan hasil alam yang ada di sekitar gua. Di antara mereka ada yang memanfaatkannya untuk membuat kerajinan tangan dari batu karang, batu marmer, dan sedikit kerang-kerang laut yang ada di sana. Bila diteliti lebih jauh, sebenarnya gua-gua Indrahayu merupakan salah satu bukti peninggalan purbakala yang bersejarah. Di gua-gua yang terdapat di bukit Indrahayu ini banyak ditemukan karang, kerang, dan benda-benda laut lainnya. Sementara menurut pendapat ahli dikatakan bahwa antara Jawa Barat dan Jawa Tengah telah terdapat sebuah selat. Selat tersebut terjadi sekitar 3 juta tahun sebelum masehi dan terdapat di sepanjang daerah Kuningan timur yang mendekati daerah yang berbatasan dengan Jawa Tengah. Bukti lain yang mendukung adanya selat adalah adanya daerah Ciuyah di Kecamatan Ciwaru.

Eksistensi gua-gua Indrahayu yang potensial ini merupakan asset sejarah yang sangat berharga bagi kepariwisataan Kuningan. Bilamana gua-gua di Indrahayu dikembangkan lebih lanjut maka akan tercipta suatu daerah wisata baru yang sangat potensial dan memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Hal tersebut merupakan peluang berharga bagi Kuningan dalam upaya meningkatkan pendapatan daerahnya melalui bidang kepariwisataan.

Indrahayu merupakan salah satu kampung yang berada di Desa Karangkancana Kecamatan Karangkancana kurang lebih 25 km sebelah timur kota Kuningan. Di tempat ini setidaknya telah ditemukan 13 gua alami, yang rata-rata berada pada ketinggian 500 m di atas permukaan laut. Di dalam gua tersebut banyak dihiasi dengan batuan stalaktit dan stalakmit.
                 Ornamen Gua Arjuna Minturaga Rarabi Foto Yuda Sanjaya

Indrakila part 2

Ikan Gabus Naikkan Kadar Albumin

Cocok Dikonsumsi Penderita Ginjal, TBC, dan HIV/AIDS

JARANG orang tahu kalau ikan gabus yang baunya sangat amis, merupakan penghasil albumin yang dibutuhkan tubuh. Manfaat lainnya untuk kesehatan perlu diketahui.

IKAN gabus atau dalam bahasa ilmiahnya disebut channa striata merupakan sejenis ikan buas yang hidup di air tawar. Tak sedikit pula yang hidupnya di rawa-rawa. Rupanya memang jelek. Baunya juga amis. Ini yang membuat tidak semua orang menyukainya. Padahal, dari segi rasa, ikan ini sangatlah lezat jika dikonsumsi. Tak sulit untuk memperoleh ikan ini, karena mudah ditemukan di pasar-pasar tradisional, bahkan pasar-pasar modern.

Guru besar gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Prof Dr dr Nurpudji A Taslim, MPH, SpGK, mengatakan, belum banyak orang yang menjadikan ikan gabus sebagai lauk favorit. Padahal, selain rasanya yang lezat, ikan gabus juga memiliki manfaat yang sangat besar untuk kesehatan.

"Sejak tahun 1994, kami melakukan penelitian tentang manfaat dan kandungan albumin dalam ikan gabus. Ternyata manfaatnya sangat tinggi, membuat ikan gabus dapat digunakan untuk membantu mempercepat penyembuhan beragam penyakit," kata Nurpudji, Senin, 25 Januari saat ditemui di Pusat Kajian Penelitian (PKP) Unhas.

Nurpudji bersama rekan-rekannya di Universitas Hasanudin berhasil membuktikan kandungan albumin di dalam ikan gabus itu. "Ide penelitian ikan gabus ini berawal dari kebiasaan masyarakat Sulawesi Selatan di beberapa daerah yang selalu memberikan menu ikan gabus jika ada yang sakit. Katanya, mereka yakin kalau ikan gabus ada manfaatnya namun tak bisa membuktikan secara ilmiah," ungkap Nurpudji.

Ia pun bersama rekan-rekannya melakukan uji coba dengan memberikan masakan ikan gabus kepada pasien di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo (RSWS) Makassar. Setelah pasien mengonsumsi ikan gabus, efeknya luar biasa.

Kadar albumin pasien meningkat sehingga kesehatannya membaik lebih cepat. Akan tetapi, membuat pihak rumah sakit merasa kesulitan karena penyediaannya yang rumit, harus dibuat dalam bentuk bubuk dulu.

Selain alasan penyajiannya yang rumit, komposisinya juga tidak pas. Akhirnya, Kepala Bagian Gizi Fakultas Kedokteran ini bersama rekan-rekannya mengakali dengan membuat ekstrak ikan gabus dalam bentuk cairan yang nantinya dimasukkan melalui pipa saluran makanan.

"Ya, memang cara ini berhasil meningkatkan kadar albumin, akan tetapi banyak pasien yang tetap menolak karena baunya yang amis, sehingga membuat mereka mual dan ingin muntah. Lagi-lagi, kami merasa ini juga belum efektif," kata Nurpudji.

Nurpudji dan rekan-rekannya terus melakukan penelitian tentang cara efektif yang harus diambil. Akhirnya dia dan rekan-rekannya menemukan cara yang dianggap jauh lebih efektif. Ikan gabus dibuat ekstrak dalam bentuk bubuk lalu dimasukkan ke dalam kapsul.

Hasil penelitian yang dilakukan sejak 1994 itu, lalu didaftarkan permohonan patennya dengan nomor P00200600144, berjudul produk konsentrat protein ikan gabus. Departemen Kehakiman mengumumkannya pada 8 Maret 2007 dengan nomor publikasi 047.137.A.

Nurpudji mengaku cara ini sudah terbukti. Pemberian kapsul kepada pasien jauh lebih mudah. Tak ada yang menolak karena seperti layaknya minum obat biasa. Juga, tak perlu repot memasak dan tak perlu takut dosisnya kurang. Ia menambahkan bahwa kapsul memudahkan masyarakat yang sakit dan kurang mampu. "Selain untuk menyembuhkan penyakit, kami berusaha memberikan pelayanan yang murah kepada masyarakat yang kurang mampu dengan kualitas yang baik," kata Nurpudji.

Ia berharap dengan hadirnya kapsul itu bisa menolong dan membantu pasien. Kapsul ekstrak ikan gabus pun dikirim ke berbagai posyandu, puskesmas, dan rumah sakit di beberapa daerah di Indonesia. Selain untuk membantu pasien yang tak mampu, juga dalam rangka meyakinkan para dokter bahwa kapsul tersebut memang benar-benar dapat digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit. Terbukti, pasien dengan luka habis operasi, sirosis hati, ginjal, luka yang besar, dan TBC, bisa sembuh lebih cepat.

Berkisar 10 sampai 14 hari kadar albumin pasien bisa naik 0,6 sampai 0,8. Untuk penderita HIV/AIDS, bahkan kadar albuminnya juga bisa naik sehingga berat badan si penderita naik perlahan-lahan. (*) Sumber :
http://lifestyle.fajar.co.id/read/80330/37/index.php
http://www.iapw.info/home/index.php?option=com_kunena&Itemid=55&id=425&catid=10&func=fb_pdf

02 Juni 2010

HARIMAU JAWA DI TEMBAK DI GUNUNG CIREMAI 1961

Alhamdulillah, baru dua hari riset(28-30/05),  sudah didapat tanda keberadaan harimau jawa dari cakar dan suaranya, perlu pembuktian lebih lanjut dengan gambarnya dan harus pasang kamera trap dibeberapa titik...

Terima Kasih gusti Allah, Engkau telah memberikan kemudahan dalam riset Harimau Jawa, kemaren 02/06 dapat motret kepala harimau jawa yg ditembak thn 1961 di gunung Ciremai. Buat A Malik haturnuhun atas ijin motretnya, Thanks juga kepada Saudaraku (Facebooker, Blogger dan Pecinta Alam) semua atas bantuan semangat kalian...







 Penulis dan Pemilik Opsetan Kepala Harimau Jawa, K. Abdul Malik Cirebon







Opsetan kepala Harimau Jawa, ditembak tahun 1961 di Gunung Ciremai, Proferti Pribadi K. Malik Cirebon, Foto diambil 02/06/2010 oleh Mas Didik Raharyono

Greenpeace SEA-Indonesia
Racikan Obat Herbal
CAMPAKA KAROMAH Khusus Untuk Direbus/Godogan, Insyaallah Dapat Menyembuhkan Penyakit Yang Anda Derita.

Formulator : Deddy kermit madjmoe
Hotline: 081324300415
Jl. Buyut Roda Gg.Polos No.84 Ciledug Cirebon Jawa Barat 45188

Pasien TIDAK MAMPU dan KURANG MAMPU Jangan TAKUT Untuk Berobat Pada Kami....!!!! Kami Tetap akan melayaninya.