11 Mei 2010

Menelusuri Jejak Harimau Jawa



Jum'at, 26 November 2004 | 18:25 WIB
TEMPO Interaktif, Jakarta:Kendati sudah dinyatakan punah, eksistensi harimau Jawa (Panthera tigris sundaica) masih misteri. Kisah pertemuan penduduk lokal – ini sulit dibuktikankebenarannya -- dengan macan belang gemulai ini, kadang-kadang masih terdengar di milenium baru ini. Sebagian menyebut kabar seperti ini bualan belaka, selebihnya meragukan pengetahuan saksi: jangan-jangan yang disaksikan itu kucing hutan atau macan kumbang.


Geschoten panter op de markt te Bandoeng

Tapi sebagian lagi percaya bahwa macan jawa yang di era 70-an tinggal tersisa lima ekor lagi, masih ada. Dan sejak lama wilayah hutan di kawasan Taman Nasional Meru Betiri, Jawa Timur diyakini jadi habitat terakhir macan jawa yang tersisa. Tinggal bagaimana menemukannya saja.


Untuk memecah misteri sekaligus memuaskan rasa ingin tahu inilah, Taman Nasional Meru Betiri (TNMB) menggelar pencarian macan jawa. Ini merupakan upaya kedua setelah kegiatan sejenis dilakukan Tahun 2000 lalu. "Kita masih percaya seratus persen, bahwa hewan langka kebanggaan Indonesia ini masih hidup dan berkeliaran di kawasan hutan Meru Betiri,” ujar Kepala TNMB Siswoyo kepada Tempo, Jumat (26/11) siang.

Siswoyo tak asal omong. Menurutnya, ada banyak indikasi yang menguatkan keyakinannya atas keberadaan macan jawa. Antara lain ditemukannya bekas cakaran kuku tajam di pepohonan, jejak telapak kaki, bahkan pernah ditemukan kotoran
yang diyakini milik harimau jawa. Khusus buat temuan kotoran, Siswoyo amat yakin bahwa itu buangan macan jawa. Sebab kotorannya punya tanda khusus, yakni terdapat sisa tulang dan bulu hewan mangsanya semsial babi hutan atau banteng. "Kalau bukan harimau jawa, di Meru Betiri ini, hewan apalagi yang bisa memangsa kedua
binatang besar tersebut?” kata Siswoyo.

Untuk melakukan “perburuan” harimau jawa, pihak TNMB melibatkan 20 teknisi hutan TNMB dengan satu orang supervisor dari Yayasan Pelestarian Harimau Sumatera (The Tiger Foundations). “Kita libatkan pakar harimau bernama Waldemar Sinaga
agar lebih tajam dalam mengevaluasi kerja tim ekspedisi,” kata Siswoyo.

Target perburuan yang dilakukan TNMB, menurut Siswoyo, bukanlah menangkap harimau jawa yang terkenal ganas dan enggan berjumpa manusia itu. Tapi sebatas memastikan bahwa keberadaanya masih ada dan satwa dilindungi ini hidup nyaman di hutan Meru Betiri. Untuk itu, di berbagai lokasi terpilih telah dipasangi kamera foto yang akan menangkap wujud si belang. Wilayah yang diyakini sebagai habitat terakhir ini adalah kawasan Gunung Gendong dan sekitar Teluk Meru.

Perangkap kamera yang dipasang di dua wilayah ini menurut Siswoyo berjumlah 15 buah. Alat ini merupakan kamera otomatis yang akan memotret sendiri ketika sensor infra merahnya terputus. Tentu saja, terputusnya sensor ini diharapkan akibat dari melintasnya harimau jawa. Lima belas kamera ini sudah dipasang sejak 10 Oktober lalu. Dan hingga kini sudah dua kamera yang menyelesaikan jepretan satu rol film. Artinya sudah ada 75 frame foto dari kamera trap. Untuk pelaksanan ekspedisi kali ini, pihak TNMB menghabiskan anggaran Rp 100 Juta.

Mahbub Djunaidy

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

trims telah berbagi apapun, mungkin saya yang salah dan anda yang lebih mengerti, jangan sungkan untuk mengkritik saya...oke !

Greenpeace SEA-Indonesia
Racikan Obat Herbal
CAMPAKA KAROMAH Khusus Untuk Direbus/Godogan, Insyaallah Dapat Menyembuhkan Penyakit Yang Anda Derita.

Formulator : Deddy kermit madjmoe
Hotline: 081324300415
Jl. Buyut Roda Gg.Polos No.84 Ciledug Cirebon Jawa Barat 45188

Pasien TIDAK MAMPU dan KURANG MAMPU Jangan TAKUT Untuk Berobat Pada Kami....!!!! Kami Tetap akan melayaninya.