11 Mei 2010

Jejak dan Rambut Harimau Jawa Ditemukan di Gunung Slamet




PURWOKERTO – Sejak beberapa tahun belakangan, muncul silang pendapat keberadaan Harimau Jawa (Panthera Tigris Sondaica). Satu sisi, ada pendapat yang menyatakan, jenis satwa buas tersebut telah punah. Namun di sisi lain, muncul keyakinan Harimau Jawa masih ada, meski populasinya diambang kepunahan.
Ternyata, dari penelitian terakhir yang dilakukan Komunitas Peduli Selamet (Kompleet) Purwokerto, disimpulkan Harimau Jawa masih ada di Hutan Gunung Slamet. Riset yang dilakukan Kompleet, Mei-Juni 2001 ini, didasarkan pada pengalaman dan berbagai ekspedisi pencarian Harimau Jawa di Hutan Gunung Slamet.
Menurut Koordinator Program Kompleet Agung Nugroho, beberapa kelompok riset sebelumnya telah melakukan ekspedisinya dan hampir semuanya memberikan hasil positif mengenai keberadaan binatang mengaum itu.
Kelompok Pecinta Alam Capra Pala (Kappala), Fakultas Peternakan, Unsoed, Purwokerto sejak tahun 1999 mengadakan ekspedisi melalui wilayah Krajan Kecamatan Pekuncen Banyumas. Ekspedisi ini dilakukan setelah mendapatkan informasi dari penduduk setempat, harimau sering turun ke desa memakan ternak milik warga. Bahkan, dari keterangan masyarakat, tahun 1997 seekor harimau loreng terjerat dan dibunuh warga.
Hasil riset yang dilaksanakan dalam beberapa bulan itu memang tidak menemui secara langsung Harimau Jawa, tetapi berhasil mendapatkan sampel feses (tinja) di beberapa areal seperti persawahan dan hutan produksi Perhutani.
Penelitian lainnya mengenai Harimau Jawa juga telah dilaksanakan Tim Pencari Fakta Harimau Jawa (TPFHJ) di kawasan Taman Nasional Meru Betiri tahun 1997. Ekspedisi dan pemasangan kamera trap selama berbulan-bulan tidak menemukan hasil berupa sosok, tetapi hanya berupa bekas aktivitasnya seperti jejak kaki, feses, cakaran, dan rambut. Meski begitu, Koordinator TPFHJ dan peneliti dari Kappala Indonesia Didik Raharyono SSi menyebutkan, hasil riset itu perlu ditindaklanjuti dan tidak dapat langsung disimpulkan bahwa Harimau Jawa telah punah.
Agung mengungkapkan, penelitian terhadap Harimau Jawa tidak sama dengan riset terhadap spesies lainnya. Penelitian ini tidak bisa lepas dari informasi masyarakat sekitar kawasan. "Ini dilakukan mengingat jumlah spesies ini sangat langka sehingga memerlukan waktu lama untuk menjumpainya. Bagi warga setempat yang sering keluar masuk hutan, sudah tidak asing lagi kalau mereka sering bertemu dengan harimau,"kata Agung.
Akan tetapi, dia menandaskan, cerita ini jelas bukan merupakan hasil kesimpulan yang didapat Kompleet karena cerita sama sekali tidak dapat diterima masyarakat ilmiah. Inilah mengapa, katanya, Kompleet sangat berkeinginan untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah mengenai keberadaan Harimau Jawa tersebut.
"Kita mengambil beberapa titik untuk melakukan riset, yakni di Kaliwadas dan Kalikidang Kabupaten Brebes serta Krajan, Semaya dan kalipagu di Banyumas,"ujarnya. Dari hasil riset selama dua bulan, Tim Peneliti Kompleet mendapatkan beberapa sampel, di antaranya feses, rambut, dan jejak kaki, bahkan kulit harimau.
Feses harimau, misalnya, ditemukan dengan diameter 2-3 cm. Sementara dilihat dari struktur dan tampak luar, umurnya antara 6 bulan dan 1 minggu. "Temuan lainnya berupa jejak kaki dengan diameter sol antara 7-12 cm. Di bawah cakaran tersebut, juga ditemukan beberapa rambut yang tercecer dari makhluk hidup itu.,"katanya.
Rambut, lanjutnya, juga didapatkan di tempat peristirahatan harimau. Tempat ini diidentifikasi masyarakat karena mereka sering melihat harimau beristirahat. "Sedangkan sampel kulit harimau didapat dari penduduk Kalimanggis, merupakan sisa kulit Harimau Jawa yang terbunuh karena kena jerat tahun 1997."
Kemudian tiga mahasiswa, masing-masing Erwin Wilyanto dari Fakultas Biologi UGM Yogyakarta, Wita Isriyanti dan Irah Adriany dari Fakultas Biologi Unpad Bandung melakukan analisis rambut harimau yang didapat Kompleet dengan mikroskop elektron di laboratorium Zoologi LIPI.
Analisis rambut didasarkan atas perbedaan kutikula (sisik luar) dan medula (sisik tengah) pada mamalia. Selain itu, sampel lapangan juga dicocokkan dengan rambut yang tersimpan di museum Zoologi Cibinong.
"Hasilnya, rambut yang ditemukan di lapangan adalah milik Harimau Jawa. Dari 173 sampel yang didapatkan di seluruh Jawa, 12 di antaranya menunjukkan jenis Harimau Jawa. Dari 12 tersebut, enam di antaranya adalah sampel dari lapangan di Gunung Slamet,"tandas Agung. Dua sampel yang didapatkan adalah contoh di lapangan yang ditemukan Mei 2001. (SH/liliek darmawan)

2 komentar:

  1. maaf kaloboleh tanya dulu yang expedisi caprapala peternakan atau carya bhuana thanx.....soalnya dulu seingat saya yang yang melakukan perjalanan itu tim dari carya bhuana di bantu oleh penduduk,kalo mau datanya ada disekretariat kami trims

    BalasHapus
  2. coba kalau bisa di adakan survey di seputaran gunung perahu,menurut informasi warga pencari burung atau bonsai mengatakan yang dirinya pernah melhat langsung harimau loreng dari jarak dekat alias dibawah tempat dia tidur bergantung di antara pohon ketika beristirahat pada malam hari, orang itu terkejut ketika melihat dua cahaya bulat yang bergerak,ketika lampu senter di arahkan ke arah cahaya bulat orang itu langsung terkejut ternyata harimau loreng sedang mencari mangsa,si bapak ini mengatakan yang dianya sudah 2 kali bertemu harimau loreng dalam dua atau tiga bulan berikutnya terima kasih semoga bisa menjadi bahan penelitian kedepannya

    BalasHapus

trims telah berbagi apapun, mungkin saya yang salah dan anda yang lebih mengerti, jangan sungkan untuk mengkritik saya...oke !

Greenpeace SEA-Indonesia
Racikan Obat Herbal
CAMPAKA KAROMAH Khusus Untuk Direbus/Godogan, Insyaallah Dapat Menyembuhkan Penyakit Yang Anda Derita.

Formulator : Deddy kermit madjmoe
Hotline: 081324300415
Jl. Buyut Roda Gg.Polos No.84 Ciledug Cirebon Jawa Barat 45188

Pasien TIDAK MAMPU dan KURANG MAMPU Jangan TAKUT Untuk Berobat Pada Kami....!!!! Kami Tetap akan melayaninya.