Kegiatan Pengurangan Risiko Bencana Di Sekolah Harus Berkelanjutan
Jakarta, MPBI---Padatnya kurikulum pendidikan nasional tidak boleh kita jadikan alasan untuk tidak melakukan kegiatan pengurangan risiko bencana di sekolah secara berkelanjutan. Pembelajaran tentang pengurangan risiko bencana di sekolah-sekolah bisa disiasati dengan memasukkan materi itu ke dalam materi-materi muatan lokal. Demikian salah satu pandangan yang mengemuka dalam acara Workshop Hari Pengurangan Risiko Bencana 2006 di Jakarta, hari ini (11/10).
Workshop Hari Pengurangan Risiko Bencana (HPRB) 2006 tersebut diselenggarakan oleh Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia (MPBI), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Hivos, Islamic Relief, International Federation Red Cross (IFRC), Palang Merah Indonesia (PMI) Pusat Studi Managemen Bencana Univ. Pembangunan Nasional (UPN) Veteran-Jogjakarta, dan berbagai organisasi non pemerintah lainnya. (Baca: Siaran Pers hari ini).
Hadir sebagai pembicara pada kesempatan ini adalah, Dr. Ir. Harkunti P. Rahayu (Pusat Mitigasi Bencana ITB), KH. Ahmad Darodji (Anggota DPR RI Komisi X), ET. Paripurno (UPN Veteran-Jogjakarta), Prof. Dr. Bambang Suhendro (Badan Standar Nasional Pendidikan), dan Dr. Seto Mulyadi (Komnas Perlindungan Anak).
“Terus terang, pada waktu memulai melakukan pendekatan kepada Depdiknas tentang pentingnya pengenalan pengurangan risiko bencana di sekolah, kami diingatkan bahwa kurikulum pendidikan kita sudah sangat padat. Sehingga kalaupun ada penambahan materi-materi terkait masalah ini tidak boleh semakin membebani anak-anak,” jelas Harkunti P. Rahayu.
Menurut Harkunti P. Rahayu, yang sudah melakukan kegiatan pengenalan pengurangan risiko bencana di sekolah sejak tahun 2000, salah satu tantang berat dalam kegiatan ini adalah bagaimana melakukannya secara berkelanjutan. “Tak bisa dipungkiri bahwa faktor dana seringkali menjadi kendala untuk menjamin keberlanjutan kegiatan ini. Namun demikian kita tidak boleh berhenti dan seyogyanya semua pihak yang memiliki kepedulian tentang masalah ini bekerjasama secara sinergis untuk menunjang keberlanjutannya”.
Sementara itu Dr. Seto Mulyadi mengingatkan bahwa kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengurangan risiko bencana di sekolah harus dilakukan dengan keceriaan. Artinya bagaimana anak-anak bisa menikmati dan antusias ketika mereka menerima materi-materi tentang pengurangan risko bencana ini. “Cerita-cerita lucu dan menyenangkan dengan memanfaatkan alat-alat peraga sangat membantu anak-anak untuk lebih mudah menyerap materi yang disampaikan. Jadi anak-anak jangan dijejali dengan cerita-cerita yang menyeramkan tentang bencana”.
Ditambahkannya, penyampaian semua materi itu juga harus memperhatikan hak-hak anak sebagaimana yang sudah menjadi kesepatan dalam Konvensi Hak Anak Internasional.
Yang juga menjadi sorotan peserta adalah soal lingkup ketahanan sekolah terhadap bencana seperti tema yang diangkat dalam workshop ini. Apakah ketahanan sekolah yang dimaksud adalah semata-mata ketahanan fisik (struktur) bangunan yang tahan bencana, managemennya, atau manusianya yang memiliki ketahanan/ daya tangkal dan daya lenting terhadap risiko-risiko bencana. Namun peserta sepakat bahwa ketahanan yang dimaksud adalah keseluruhan dari faktor-faktor tersebut.
Hal tidak kalah penting adalah bagaimana melibatkan peran serta orang tua anak dalam kegiatan pengenalan pengurangan risiko bencana itu. Jadi tidak hanya para guru dan anak-anak saja yang mendapat pemahaman tentang risko-risiko bencana.
Pada sesi kedua workshop itu juga diisi dengan pengalaman-pengalaman lembaga/organisasi yang selama ini sudah melakukan kegiatan pengenalan pengurangan risiko bencana di sekolah. Pembicara yang tampil pada kesempatan ini adalah Maharani Hardjoko (Save the Children), Halim (Action Contre la Faim), Rina Utami (PMI), Patra Rina Dewi (KOGAMI), dan Sigit Purwanto (Komunitas Siaga Merapi).
Sumber: Website Masyarakat Penanggulangan Bencana Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
trims telah berbagi apapun, mungkin saya yang salah dan anda yang lebih mengerti, jangan sungkan untuk mengkritik saya...oke !